Monday, March 7, 2016

Owa Jawa : Sinden Gunung dari Negeri di Atas Awan

di tulis oleh : Salmah Widyastuti
Email: salmah.w@mail.ugm.ac.id
dusun Tlogohendro yang di kelilingi gunung-gunung

Owa Jawa (Hylobates moloch). Keberadaan populasi Owa Jawa dan  kopi owa nya mulai banyak dikenal eksistensinya di dusun Sokokembang, Petungkriyono, Pekalongan, melalui berjalannya program Kopi dan Konservasi Primata di dusun tersebut. Bila menelusuri jalan menanjak menuju dusun Sokokembang, beberapa kali hewan berrambut abu-abu keperakan ini terlihat beraksi dengan tungkai kuatnya, berayun dari pohon ke pohon di hutan dataran rendah sepanjang jalan tersebut. Bagi warga Dusun Sokokembang, nyanyian melengking nan merdu hewan bernama lain Uwa-uwa ini sudah menjadi backsound hampir di setiap pagi. Menurut survei yang telah dilakukan, hutan Sokokembang tercatat sebagai lokasi dengan keberadaan kelompok owa Jawa terbanyak diantara hutan lainnya di Pegunungan Dieng, yaitu mencapai sekitar 20 kelompok.
Dari Dusun Sokokembang, kita menyusuri jalan menanjak dan berkelok ke arah Timur selama kurang lebih 1 jam, hingga tiba di Desa bernama Tlogohendro. Pegunungan ini di sekitar dusun Tlogohendro ini sudah masuk dalam rangkaian pegunungan Dieng. Desa Tlogohendro sendiri sudah termasuk dalam dengan ketinggian sekitar 1200–1600  mdpl, dan karena posisi geografis yang curam dan terjal masih terdapat hutan yang relative baik dan  masih berpotensi sebagai habitat berbagai jenis satwa liar endemic jawa.
view habitat Owa di Gunung Sikacir  ds.Tlogohendro

Bagaimana dengan owa Jawa? Apakah primata arboreal ini menghuni hutan pegunungan? Berbicara mengenai populasi owa Jawa yang pernah disurvei di Pegunungan Dieng, keberadaan kelompok primata ini lebih banyak dijumpai di ketinggian di bawah 1000 mdpl karena ketersediaan sumber pakannya lebih bervariasi dan melimpah. Data ilmiah mengenai keberadaan dan populasi owa Jawa di  ketinggian diatas 1200 mdpl masih sangat terbatas. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari warga lokal, nyanyian owa dari hutan dataran tinggi ini kerap terdengar. Primata “pesinden” hutan ini juga  ada di hutan Tlogohendro. Untuk mengetahui besar populasi owa Jawa di hutan dataran tinggi ini maka perlu dilakukan survei ilmiah yang nantinya akan melengkapi data penyebaran dan besar populasi owa Jawa, dan tentu saja melengkapi informasi ilmiah untuk pelestarian Owa di Indonesia.
Saya bersama tim Coffee and Primate Conservation Project-SwaraOwa, dibantu oleh teman-teman Matalabiogama Fakultas Biologi UGM dan di dampingi warga Tlogohendro, berkesempatan untuk melakukan survei mengenai Populasi owa Jawa di Hutan Tlogohendro sebagai salah satu tahap dalam upaya pelestarian owa Jawa dan habitatnya. Survei ini mulai diinisiasi pada awal tahun 2016 dan masih terus berlangsung, dan rencananya akan mencakup beberapa wilayah hutan di Pegunungan Dieng.
tim survey Owa 

       Dalam survei ini kami menggunakan metode vocal count atau triangulasi untuk mengetahui sebaran dan jumlah kelompok Owa. Untuk metode vocal count ini kami hanya perlu stand by di lokasi-lokasi yang dipilih sebagai listening posts dalam waktu bersamaan untuk mencatat bila terdengar nyanyian owa Jawa betina. Dari pencatatan waktu bersuara, arah sumber suara (diukur menggunakan kompas dalam sudut), dan jarak sumber suara dari pendengar, akan diperoleh informasi posisi dan jumlah kelompok owa di area sekitar listening posts. Dalam survei kali ini kami menggunakan tiga listening posts dengan jarak minimum antar post yaitu 300 m yang ditempatkan di area yang cukup tinggi, terbuka, dan tidak ada gangguan suara lain. Metode ini digunakan berdasarkan pola vokalisasi khas yang dimiliki oleh owa Jawa. Sinyal berupa nyanyian dengan great call yang hanya dikeluarkan oleh owa betina dewasa setiap pagi berfungsi sebagai penanda daerah teritorial kelompoknya terhadap kelompok lain. Sementara ini diperkirakan hanya ada sekitar empat kelompok owa Jawa di hutan ini. Tahap selanjutnya akan dilakukan pengamatan langsung untuk mengetahui jumlah individu rata-rata dalam satu kelompok owa Jawa di hutan ini, sehingga nantinya dapat diketahui berapa individu owa Jawa yang bertahan di hutan dataran tinggi ini.

1 comment:

  1. Wahh..canggih juga ya..bagi saya yang awam. Ini luar biasa

    ReplyDelete